Ada sebuah kalimat yang
sering kita ucapkan baik sadar ataupun tidak, yaitu “untuk apa saya memberi
sedangkan saya sediri masih miskin, saya sendiri masih butuh pertolongan”. Yang
tanpa sadar kita lupa bahwa semua yang ada pada diri kita adalah titipan dan
sebagian harta kita terdapat hak milik orang lain. Memberi atau berbagi memang
tidak menjanjikan untuk diganti saat itu juga, atau menjanjikan untuk dapat
ganti di dunia, tapi yang Allah menjanjikan pahala di Akhirat kelak….
Sahabat sahabat ku,
dari Ibnu umar Ra. Rosulullah SAW bersabda:”Tangan diatas lebih baik dari pada
tangan dibawah. Tangan diatas itu ialah yang memberi dan tangan yang dibawah
ialah yang meminta”. (H.R Mutafaq’ alaih). Dari hadist ini cukup menunjukkan kepada kita
semua bagaimana keutamaan memberi atau berbagi. Ada banyak kisah tauladan yang
menunjukkan bagaimana keutamaan dalam berbagi, salah satu nya adalah kisah seorang suami yang dihadapkan
dengan situasi istri yang dicintainya yang divonis dokter penyakit parah dan diharuskan untuk menjalankan operasi
dengan biaya 50 jt, Sementara mereka masih hidup dalam kemiskinan. Setelah berusaha
sekuat tenaga dengan menjual barang-barang berharga mereka, lalu membuka
tabungan qurban mreka dan menghutang, sang suami hanya mampu mengumpulkan uang
dengan jumlah 20 jt saja. Sang suami sangat pasrah, hingga akhirnya dia mampir
di sebuah masjid untuk sholat dan berdoa sambil membawa uang yang telah ia
kumpulkan. Dalam do’a nya ia berkata, ”jika memang ini sudah waktunya untuk
istriku kembali ke pangkuan mu aku ikhlas ya robb, tapi jika memang masih ada
jalan untuk ku dapat hidup bersamanya di dunia ini, tolong bantu hamba”. Diperjalanan
ke rumah sakit, sang suami membagi bagikan uang 20 jt yang ia kumpulkan untuk
orang” dipinggir jalan, pedagang” keliling yang ia temui, higga uang tersebut
benar” habis. Ia pasrah dengan apa yang akan terjadi pada istrinya, menyerahkan
semua nya pada Allah SWT. Sesampai nya di Rumah sakit, betapa kagetnya ia
karena perawat menyampaikan bahwa istri nya sudah siap untuk di operasi. Semua biaya
operasi di tangung oleh dokter yang akan membantu operasi ini. Setelah bertemu,
ternyata dokter tersebut adalah orang yang pernah di tolong oleh nya saat
hendak di tambrak mobil.
Dari kisah ini, tentu
ini menjadi tamparan bagi kita yang hidup dengan nafas gratis, dengan badan
sehat, lahir sebagai umat islam namun enggan hidup secara islam, enggan untuk
memberi, enggan untuk berbagi. Ingatlah, Semakin kuat ketergantungannya kepada
Allâh Azza wa Jalla , maka akan semakin lemah ketergantungannya kepada seluruh
makhluk. Begitu juga sebaliknya, semakin kuat ketergantungan manusia kepada
makhluk, maka semakin lemah ketergantungannya kepada Allâh Azza wa Jalla.
Hakikat kaya bukanlah
dengan banyaknya harta benda, namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati merasa
ridha dan cukup dengan rezeki yang dikaruniakan. Berbagi mengingatkan kita
mengenai kewajiban kita sebagai makhluk social, Untuk bersikap adil kepada
mereka yang membutuhkan dengan memberikan bantuan sosial. Apabila kita dalam kondisi
papa, keluarkan harta yang paling kita senangi, niscaya Allah Swt akan
menghilangkan kemiskinan kita itu. Apabila kita memiliki kecukupan,
keluarkanlah infaq, niscaya Allah Swt akan menambah kekayaan kita. Apabila kita
kaya, gemarlah berinfaq dengan tulus, supaya semakin kaya. Dan apabila kita
sedang sakit, berinfaklah, Insya Allah sakit itu akan segera disembuhkan
oleh-Nya. Memberi adalah solusi yang jitu untuk mengatasi berbagai kerumitan
kehidupan kita. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak
akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (QS. Al-Lail (92) : 5-7).
#donasi.dompetdhuafa.org
#www.dompetdhuafa.org
“Tulisan
ini di ikutsertakan dalam lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan
oleh Dompet dhuafa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar